Minggu, 02 Januari 2011

Berhenti Menggigit Kuku

ENTAH mengapa, masih banyak orang melanjutkan kebiasaan menggigiti kuku tangannya hingga dewasa.
Padahal, menurut penelitian, kebiasaan buruk menggigiti kuku jari, bisa merusak inteligensi atau kemampuan intelektual anak-anak.
Para peneliti Rusia menyatakan anak-anak yang rajin mengunyah kuku tangannya, berisiko besar mengalami keracunan timah. Mengapa bisa terjadi? Timah dengan mudah menumpuk di bawah kuku, ketika anak-anak bermain di tempat berdebu, baik itu di dalam rumah maupun di luar rumah.
Telah lama diketahui, paparan timah pada tubuh manusia punya kontribusi besar terhadap problem perkembangan anak-anak. Penelitian yang dilakukan sebelumnya, menunjukkan timah bisa menyebabkan kerusakan sistem saraf.
Timah, dengan gampang ditemui di dalam tanah dan debu. Kadang-kadang bisa dijumpai pula pada buah-buahan atau sayuran yang tidak dicuci dengan baik. Itulah mengapa di dalam tubuh anak-anak sering dijumpai bahan-bahan kimia dalam kadar cukup tinggi.
Selain anak-anak yang suka menggigiti kuku, kaum lelaki yang bekerja sebagai tukang patri, tukang ledeng, tukang cat, dan bekerja di lingkungan percetakan, berisiko pula terpapar timah di tempat kerjanya.
Para peneliti dari Ural Regional Center for Enviromental Epidemiology, Ekaterinburg melakukan penelitian terhadap anak-anak yang tinggal di beberapa kota di wilayah Ural. Mereka menemukan 2 dari 3 anak-anak di tempat tersebut memiliki kadar timah cukup tinggi dalam tubuhnya.
Tinggi rendahnya kadar timah bervariasi, tergantung apakah anak-anak itu tinggal di rumah yang terletak di pinggir jalan besar dan berdebu ataukah mereka punya kebiasaan bermain dengan tanah, salju atau cat.
Namun, satu hal pasti, terdapat kaitan erat antara tingginya kadar timah dalam tubuh anak-anak itu dengan kebiasaan mereka menggigiti kukunya. Sebanyak 69 persen anak perempuan, dan 62 persen anak laki-laki yang dilibatkan dalam penelitian ini memiliki kebiasaan menggigiti kukunya, atau benda-benda lain seperti pensil.